Senin, 19 November 2012

Makalah Pengembangan Moral Anak Usia Dini


A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran anak usia dini sangat berbeda dengan pembelajaran orang dewasa.Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan/ pembelajaran pada pendidikan anak usia dini meliputi:

1.      Berorientasi pada Perkembangan Anak
Dalam melakukan kegiatan, pendidik perlu memberikan kegiatan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Anak merupakan individu yang unik, maka perlu memperhatikan perbedaan secara individual. Dengan demikian dalam kegiatan yang disiapkan perlu memperhatikan cara belajar anak yang dimulai dari cara sederhana ke rumit, konkrit ke ab
strak, gerakan ke verbal, dan dari ke-aku-an ke rasa sosial.

2. Berorientasi pada Kebutuhan Anak
Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak pada usia dini sedang membutuhkan proses belajar untuk mengoptimalkan semua aspek perkembangannya. Dengan demikian berbagai jenis kegiatan pembelajaran hendaknya dilakukan berdasarkan pada perkembangan dan kebutuhan masing-masing anak.

2.      Bermain Sambil Belajar atau Belajar Seraya Bermain
Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan pembelajaran pada anak usia dini. Kegiatan pembelajaran yang disiapkan oleh pendidik hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan dengan menggunakan strategi, metode, materi/bahan, dan media yang menarik serta mudah diikuti oleh anak. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengan anak, sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi anak. Ketika bermain anak membangun pengertian yang berkaitan dengan pengalamannya.



4. Stimulasi Terpadu
Perkembangan anak bersifat sistematis, progresif dan berkesinambung-an antara aspek kesehatan, gizi dan pendidikan. Hal ini berarti kemajuan perkembangan satu aspek akan mempengaruhi aspek perkembangan lainnya. Karakteristik anak memandang segala sesuatu sebagai suatu keseluruhan, bukan bagian demi bagian. Stimulasi harus diberikan secara terpadu sehingga seluruh aspek perkembangan dapat berkembang secara berkelanjutan, dengan memperhatikan kematangan dan konteks sosial, dan budaya setempat.

5. Lingkungan Kondusif
Lingkungan pembelajaran harus diciptakan sedemikian menarik dan menyenangkan serta demokratis sehingga anak merasa aman, nyaman dan menyenangkan dalam lingkungan bermain baik di dalam maupun di luar ruangan. Lingkungan fisik hendaknya memperhatikan keamanan dan kenyamanan anak dalam bermain. Penataan ruang belajar harus disesuaikan dengan ruang gerak anak dalam bermain sehingga anak dapat berinteraksi dengan mudah baik dengan pendidik maupun dengan temannya.
Lingkungan bermain hendaknya tidak memisahkan anak dari nilai-nilai budayanya, yaitu tidak membedakan nilai-nilai yang dipelajari di rumah dan tempat bermain ataupun di lingkungan sekitar. Pendidik harus peka terhadap karakteristik budaya masing-masing anak.

6. Menggunakan Pendekatan Tematik
Kegiatan pembelajaran dirancang dengan menggunakan pendekatan tematik. Tema sebagai wadah mengenalkan berbagai konsep untuk mengenal dirinya dan lingkungan sekitarnya. Tema dipilih dan dikembangkan dari hal-hal yang paling dekat dengan anak, sederhana, serta menarik minat.

7. Aktif, Kreatif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan
Proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan dapat dilakukan oleh anak yang disiapkan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, menyenangkan untuk membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru. Pengelolaan pembelajaran hendaknya dilakukan secara demokratis, mengingat anak merupakan subjek dalam proses pembelajaran.



8. Menggunakan Berbagai Media dan Sumber Belajar
Setiap kegiatan untuk menstimulasi perkembangan potensi anak, perlu memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar, antara lain lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik. Penggunaan berbagai media dan sumber belajar dimaksudkan agar anak dapat bereksplorasi dengan benda-benda di lingkungan sekitarnya.

9. Mengembangkan Kecakapan Hidup
Proses pembelajaran harus diarahkan untuk mengembangkan kecakapan hidup melalui penyiapan lingkungan belajar yang menunjang berkembangnya kemampuan menolong diri sendiri, disiplin dan sosialisasi serta memperoleh keterampilan dasar yang berguna untuk kelangsungan hidupnya.

10. Pemanfaatan Teknologi Informasi
Pelaksanaan stimulasi pada anak usia dini dapat memanfaatkan teknologi untuk kelancaran kegiatan, misalnya tape, radio, televisi, komputer. Pemanfaatan teknologi informasi dalam kegiatan pembelajaran dimaksudkan untuk mendorong anak menyenangi belajar.

Dari semua prinsip pembelajaran anak usia dini tersebut kita perlu merancang sebuah pendekatan yang mampu mengembangkan segala aspek perkembangan anak baik itu nilai agama moral,motorik,bahasa,sosial emosional. Untuk itu kami dari kelompok mencoba merancang sebuah cara/metode pendekatan dalam rangka mengembangkan nilai moral dan agama yang telah ada pada diri anak berupa pendekatan inovatif(terbaru)
B . Manfaat Penulisan
Dalam penulisan makalah ini ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari penjelasan dalam makalah ini, dalam hal ini manfaat penelitian dari penulisan makalah ini terbagi dua yaitu: Manfaat untuk penulis itu sendiri, manfaat dari yang mambaca. Manfaat untuk penulis adalah untuk mengetahui dan mendalami bagaimana sebenarnya pendekatan inovatif dalam mengembangkan nilai moral agama anak. Sedangkan manfaat dari pembaca adalah untuk mendapatkan informasi, berbagi pengetahuan dan juga mengetahui alasan kenapa perlu dirancang pendekatan inovatif tersebut
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian permasalahan tersebut di atas, maka dapat penulis rumuskan permasalahan yang diangkat dalam makalah ini yaitu “pendekatan inovatif dalam rangka  pengemabangan nilai moral anak usia dini
D. Pembatasan Masalah
·         . Kajian empirik mengenai pendekatan inovatif itu sendiri
·          Inovasi pengembangan pembelajaran moral anak usia dini
·          Substansi inovasi pengembangan nilai-nilai agama di taman kanak-kanak
·          Pendekatan inovatif dalam pembelajaran moral, agama
·         Macam-macam Pendekatan Pengembangan Nilai-nilai Keagamaan
E. Sistematika Penulisan
Bab I.  Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah dan pokok-pokok pembahasan, tujuan dan manfaat dari penelitian serta sistematika penulisan makalah.
Bab II. Isi
Berisikan dasar teori yang mendasari keseluruhan topik makalah ini serta yang terhubung dengan pendekatan inovatif dalam pembelajaran anak usia dini
Bab III. Penutup
Berisi tentang kesimpulan dan saran dari peneliti.

PENDEKATAN INOVATIF UNTUK PENGEMBANGAN NILAI-NILAI AGAMA
BAGI ANAK TAMAN KANAK-KANAK
Program pengembangan nilai-nilai agama berbeda dengan pelaksanaan program pembelajaran kemampuan dasar lainnya. Pengembangan nilai-nilai agama berkaitan erat dengan pembentukan perilaku manusia, sikap, dan keyakinannya. Karena itu, diperlukan inovasi pengembangan yang komprehensif sesuai dengan perkembangan dan kemampuan anak didik.
Program kegiatan pembelajaran nilai-nilai agama yang paling tepat adalah :
  1. Program pembelajaran nilai-nilai agam,a melalui Kegiatan Rutin
  2. Program pembelajaran nilai-nilai agam,a melalui Kegiatan Terintegrasi
  3. Program pembelajaran nilai-nilai agam,a melalui Kegiatan Khusus
A. Kajian empirik
Untuk melaksanakan ketiga program tersebut ada beberapa persyaratan yang perlu dimiliki guru : mempelajari berbagai pendekatan yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak didik, menyiapkan kurikulum yang komprehensif, dan adanya kesinambungan antara satu program pengembangan dengan program lainnya.
Wujud dari penerapan ketiga pertimbangan itu adalah guru dapat menerapkan pendekatan pembelajaran nilai-nilai agama secara terpadu dalam penyampaian materi bidang kemampuan dasar umum (bahasa, daya piker, keterampilan, dan jasmani). Namun sangat disayangkan hingga saat ini kurikulum yang dijadikan acuan kita, masih belum secara tegas dan rinci menyajikan materi nilai-nilai keagamaan. Garis-garis Besar Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-kanak tahun 1994 hanya memberikan pedoman umum tentang penyelenggaraan pengembangan/pembelajaran kepribadian secara implisit, tanpa memberikan rincian materi dan target yang jelas. Akhirnya puncak persoalan itu membuahkan adanya ketidakseragaman dalam pencapaian target kompetensi standar nilainilai agama di Taman Kanak-kanak, penyajian materi pengembangan nila-nilai agama yang kurang tepat sasaran, penerapan metode yang tidak sesuai dengan perkembangan anak, dan mengakibatkan munculnya sikap anak yang seolah-olah kurang peduli dan tidak antusias dalam mengikuti program pengembangan tersebut karena terkesan terpaksa.
B. Inovasi pengembangan
Menurut arti kamus (John M. Echols : 1995) ‘Inovasi’ memiliki makna pembaharuan, perubahan (secara) baru. Jadi bila dihubungkan dengan masalah kurikulum, maka perlu adanya perubahan dan pembaharuan dalam penyusunan kurikulum. Sedangkan menurut M. Ansyar et. Al. (1993), inovasi adalah gagasan, perbuatan atau sesuatu yang baru dalam konteks social tertentu dan pada suatu jangka waktu tertentu, untuk menjawab masalah yang dihadapi.
Adapun yang melatarbelakangi esensi inovasi dalam bidang pengmbangan pembelajaran adalah munculnya berbagai kendala dan kelemahan, serta kekuranglengkapan yang ada di lingkungan penyelenggaraan pendidikan itu sendiri. Oleh karena itu, pihak praktisi pendidikan perlu melakukan inovasi. Itu berarti bahwa disain kurikulum dan pengembangan perlu diperbaharui untuk menjangkau kualitas lulusan yang diharapkan.
C. Substansi inovasi pengembangan nilai-nilai agama di taman kanak-kanak
Conny R. Semiawan (1995), memberi alternative inovasi dalam rangka meningkatkan efektivitas kegiatan belajar mengajar bagi peserta didik, antara lain :
  1. perlu adanya kurikulum terpadu (integrated curriculum)
  2. perlu adanya pendekatan pembelajaran terpadu (integrated learnig)
  3. perlu adanya hari terpadu (integrated day)
1. Kurikulum Terpadu (Integrated Curriculum)
Dari segi konsep, Garis-garis Besar Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-kanak tahun 1994telah memenuhi kebutuhan anak dalam belajar sambil bermain di Taman Kanakkanak. Namun, untuk materi pengembangan nilai-nilai agama, hingga saat ini masih belum mencantum secara rinci dan pasti. Dalam pandangan kurikulum seyogianya hal tersebut harus ada dan merupakan satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh, serta antara satu tema atau kemampuan, dapat dihubungkan dengan teman atau kemampuan yang lainnya.
2. Pendekatan Pembelajaran Terpadu (Integrated Learning)
Pendekatan pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan yang dapat diterapkan pada saat penyampaian materi pelajaran kepada anak. Pendekatan ini menghendaki adanya kreativitas guru untuk menghubungkan satu tema yang sedang dipelajari dengan tema yang lain. Sehingga tanpa disadari anak akan mendapatkan pengetahuan yang lebih luas.
3. Hari Terpadu (Integrated Day)
Dari kenyataan yang terjadi di lapangan apa yang telah kita lakukan ketika membuat satuan kegiatan harian, pada prinsipnya telah menggambarkan adanya suatu program kegiatan belajar mengajar di Taman Kanak-kanak yang mengarah pada hari terpadu. Jadi, ketika kita merancang satuan kegiatan harian tersebut, materi nilai-nilai agama harus senantiasa mewarnai di setiap kegiatan yang guru dan anak akan lakukan.
Perencanaan Pengembangan Nilai-nilai Keagamaan pada Anak Taman Kanak-kanak
The Liang Gie (1972) mengartikan perencanaan sebagai suatu aktivitas yang menggambarkan (dimuka) hal-hal yang harus dikerjakan dan cara mengerjakannya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Tujuan dari penyusunan perencanaan pengembangan pembelajaran meliputi : Guru dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan system.
Guru dapat menjajagi dan mengontrol seluruh proses belajar yang akan berlangsung/terjadi. Guru dapat meningkatkan kadar kreativitas anak.
Guru dapat menggunakan media pembelajaran secara integral. Guru dapat menghindarkan diri dari lupa dan kebimbangan selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung. Anak didik dapat dipersiapkan terlebih dahulu untuk menerima dan mengkaji suatu bahan/materi pembelajaran.
Proses kegiatan belajar mengajar akan lebih lancar.
Perencanaan pengembangan nilai-nilai agama pada anak taman kanak-kanak dapat disisipkan melalui pembuatan SKM Merupakan kajian analisis isi Garis-garis Besar Program Kegiatan Belajar yang diterjemahkan dalam bentuk format pengelompokan kemampuan dasar yang dihubungkan dengan tema-tema yang harus diajarkan kepada anak didik. Langkah-langkah pembuatan SKM: Hitunglah tanda ceklist yang ada pada setiap kemampuan yang ingin dicapai dari tema yang akan dibicarakan untuk pengembangan Kemampuan Dasar Anak, bahasa, daya pikir, keterampilan, dan jasmani. Membagi kemampuan yang diharapkan tersebut sesuai dengan jumlah pecan yang ada dari setiap tema yang dipilih Mendistribusikan kemampuan yang harus dikuasai anak dalam satu pekan untuk setiap sub tema, dengan memperhatikan kemampuan dan minat anak, serta bobot masing-masing kemampuan. Menuliskan nomor kode masing-masing kemampuan yang ada dalam GBPKB yang hendak dicapai setiap pecan untuk hari pertama dan seterusnya. Memilih dan menentukan kegiatan berdasarkan kemampuan yang ingin dicapai dan mengintegrasikan dengan materi nilai-nilai ajaran agama.
Menuliskan seluruh sub tema yang dibicarakan secara ringkas. SKH Adalah rancangan kegiatan untuk satu hari yang merupakan penjabaran dari SKM yang harus diuraikan lebih lanjut oleh guru dan mengandung unsure kegiatan, waktu, kemampuan, media, metode, dan penilaian. Dilakukan melalui pembahasan tema yang diambil mulai dari lingkungan yang terdekat dengan anak sampai yang terjauh. Terdiri dari; Kegiatan Pembukaan.
Merupakan kegiatan untuk pemanasan dan bersifat klasikal. Kegiatan Inti Merupakan pusat dari keaktifan dan kreatifitas anak waktu pengembangan, dan kemampuan social emosional anak.
Kegiatan Istirahat/Makan. Kegiatan Penutup..
Kegiatan Istirahat/Makan.
Pendekatan inovatif dalam pembelajaran moral, agama
Pengembangan nilai-nilai agama di Taman Kanak-kanak berkaitan erat dengan pembentukan perilaku manusia, sikap, dan keyakinan. Oleh sebab itu, diperlukan berbagai inovasi pengembangan yang komprehensif sesuai dengan perkembangan dan kemampuan anak didik. Adapun yang melatar belakangi esensi inovasi dalam bidang pengembangan pembelajaran adalah munculnya berbagai kendala dan kelemahan serta kekuranglengkapan yang ada di lingkungan penyelenggara pendidikan di Taman Kanak-kanak.
Untuk melaksanakan program pembelajaran nilai-nilai agama tersebut guru harus mempelajari berbagai pendekatan yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak didik, menyiapkan kurikulum yang komprehensif, dan adanya kesinambungan antar satu program pengembangan dengan program lainnya.
Alternatif inovasi dalam rangka meningkatkan efektifitas kegiatan belajar mengajar bagi peserta didik adalah perlu adanya kurikulum terpadu (integrated curriculum), pendekatan pembelajaran terpadu (integrated learning), dan hari terpadu (integrated day).
Prinsip-prinsip Inovasi untuk Pengembangan Nilai-nilai Agama Anak Taman Kanak-kanak
Beberapa inovasi pendekatan pembelajaran termasuk dalam mengembangkan nilai-nilai agama bagi anak Taman Kanak-kanak antara lain: pengalaman belajar, belajar aktif, dan belajar proses.
Upaya yang dapat dilakukan oleh orang tua dan guru dalam rangka mengembangkan cinta belajar pada diri anak adalah sebagai berikut:
1.      kasih sayang
2.      perlindungan dan perawatan,
3.      waktu yang diberikan kepada anak
4.      lingkungan belajar yang kondusif,
5.      belajar bersikap adalah belajar nilai, dan
6.      belajar moral di usia dini.
Upaya tersebut didasarkan pada prinsip developmentally appropriate practice dan prinsip enjoyable.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan inovasi pendekatan dan pengembangan nilai-nilai agama pada anak Taman Kanak-kanak adalah sebagai berikut:
1.      berorientasi pada kebutuhan anak
2.      belajar melalui bermain
3.      kreatif dan inovatif
4.      lingkungan yang kondusif
5.      mernggunakan pembelajaran terpadu
6.      mengembangkan keterampilan hidup
7.      menggunakan berbagai media dan sumber belajar, serta
8.      pembelajaran yang berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan anak

Macam-macam Pendekatan Pengembangan Nilai-nilai Keagamaan
Untuk mengembangkan nilai-nilai keagamaan pada diri anak, diperlukan berbagai macam metode dan pendekatan. Metode dan pendekatan ini berfungsi sebagai nilai untuk mencapai tujuan. Dalam menentukan pendekatan, guru perlu mempertimbangkan berbagai hal seperti tujuan yang hendak dicapai, karakteristik anak, jenis kegiatan, nilai/kemampuan yang hendak dikembangkan, pola kegiatan, fasilitas/media, situasi dan tema/sub tema yang dipilih.
Pembelajaran konstekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata anak dan mendorong anak membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pembelajaran konstekstual melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, antara lain adalah: konstruktivisme, refleksi dan penilaian sebenarnya.
Beberapa model pendekatan yang sesuai dengan karakteristik dunia anak Taman Kanak-kanak antara lain: bermain peran, karyawisata, bercakap-cakap, demonstrasi, proyek, bercerita, pemberian tugas dan keteladanan serta bernyanyi.
Penyusunan disain pembelajaran nilai-nilai keagamaan ini harus mempertimbangkan berbagai hal diantaranya: kesesuaian tingkat perkembangan dan kebutuhan anak, mengacu pada kurikulum berbasis kompetensi, berorientasi pada anak, menggunakan langkah-langkah kegiatan standar dan mengacu pada tujuan dan hasil belajar yang nyata/riil (authenthic assessment).
Hal-hal yang harus tercantum dalam format pembelajaran nilai-nilai keagamaan adalah: tema, subtema, kelas/semester, kompetensi dasar, hasil belajar, indikator, metode/teknik, KBM, media pendukung, target kompetensi, dan penilaian yang meliputi lembar observasi dan waktu penilaian.
Penilaian itu menekankan pada proses pembelajaran. Oleh sebab itu, data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan anak pada saat melakukan proses pembelajaran. Karakteristik penilaian yang ideal adalah dilaksanakan selama dan sesudah pembelajaran berlangsung, bisa digunakan untuk formatif performasi, berkesinambungan, terintegrasi dan dapat digunakan sebagai feed back.
Untuk menjaring data hasil belajar, Anda dapat menggunakan hal-hal yang bisa memberikan masukan penilaian prestasi anak seperti: hasil dari kegiatan/ proyek, pekerjaan rumah, karya wisata, penampilan anak, demonstrasi dan catatan observasi.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgof7TxZeMCEJbX-Byy75ftjPBH767XWZg5ZmdFELJcarBlw_bovWcHJpY3UlR_F3WZjmrkEaGmDqHW_jxdZY-b6PXd0UyhflSxy1_hcwMemfS6FNhXzQ5z-0oFcr7oRjjMI3zd1X5RGeM/s1600/index.jpg
Instrumen yang dapat guru digunakan untuk penilaian di Taman Kanak-kanak dengan memperhatikan sifat dan karakteristiknya adalah hasil kerja anak (portofolio) yang meliputi hasil karya, hasil penugasan, kinerja anak, tes tertulis, dan format observasi.
Alat penilaian yang digunakan untuk menilai bidang pengembangan nilai-nilai agama adalah sebagai berikut: pengamatan (observasi) dan pencatatan anekdot (anecdotal record), penugasan melalui tes perbuatan, pertanyaan lisan dan menceritakan kembali.
Hal-hal yang dapat dicatat guru sebagai bahan penilaian adalah: anak-anak yang belum dapat menyelesaikan tugas dan anak-anak yang dapat menyelesaikan tugas dengan cepat, kebiasaan/perilaku anak yang belum sesuai dengan yang diharapkan dan kejadian-kejadian penting yang terjadi pada hari penulisan pelaporan hasil penilaian pada laporan perkembangan anak. Sebelum uraian (deskripsi), terlebih dahulu dilaporkan perkembangan anak secara umum untuk tiap-tiap program pengembangan. Untuk laporan secara lisan dapat dilaksanakan dengan bertatap muka dan mengadakan hubungan atau informasi timbal balik antara pihak TK dan orang tua/wali dari si anak
BAB III
PENUTUP
Program pengembangan nilai-nilai agama berbeda dengan pelaksanaan program pembelajaran kemampuan dasar lainnya. Pengembangan nilai-nilai agama berkaitan erat dengan pembentukan perilaku manusia, sikap, dan keyakinannya. Karena itu, diperlukan inovasi pengembangan yang komprehensif sesuai dengan perkembangan dan kemampuan anak didik.
Pengembangan nilai-nilai agama di Taman Kanak-kanak berkaitan erat dengan pembentukan perilaku manusia, sikap, dan keyakinan. Oleh sebab itu, diperlukan berbagai inovasi pengembangan yang komprehensif sesuai dengan perkembangan dan kemampuan anak didik. Adapun yang melatar belakangi esensi inovasi dalam bidang pengembangan pembelajaran adalah munculnya berbagai kendala dan kelemahan serta kekuranglengkapan yang ada di lingkungan penyelenggara pendidikan di Taman Kanak-kanak.
Adapun yang melatarbelakangi esensi inovasi dalam bidang pengmbangan pembelajaran adalah munculnya berbagai kendala dan kelemahan, serta kekuranglengkapan yang ada di lingkungan penyelenggaraan pendidikan itu sendiri. Oleh karena itu, pihak praktisi pendidikan perlu melakukan inovasi. Itu berarti bahwa disain kurikulum dan pengembangan perlu diperbaharui untuk menjangkau kualitas lulusan yang diharapkan





Tidak ada komentar:

Posting Komentar